Sabtu, 16 Mei 2015

Angel Eyes Chapter 3
Penulis : Angga Setiawan





TAKDIR? SEBUAH KEBETULAN YANG MISTERIUS

Hani…..” teriaknya dengan nafas yang masih terengah engah ia membuka mata, melihat neneknya tertidur pulas di sampingnya ia menyadari bahwa itu hanyalah mimpi. Hujan deras dengan angin kencang terlihat jelas dari jendela yang terbuka.

“ah, ternyata cuma mimpi” ujarnya dalam hati sambil merapikan selimut nenek nya. “Oma, Barusan aku mimpi buruk, kuharap itu benar benar hanya sebuah mimpi” sambil mengelus ngelus kening Oma. Ia pun berdiri dan berjalan kearah jendela yang terbuka “Hujan turun dengan sangat tenang dan damai walaupun mereka tidak tahu seberapa sakitnya setelah jatuh kebumi, ku harap Hani malam ini mimpi indah.

 H A N I, Huruf yang ia tulis di jendela yang sedikit basah. Kemudian ia menutup rapat jendela dan kembali ke kamarnya. “Mimpi indah Oma” ujarnya sambil menutup pintu kamar oma.
Jam menunjukan pukul 1 dini hari, sulit baginya untuk melanjutkan tidur karena selalu terbayang bayang mimpi yang mengerikan itu, tetapi dia berusaha untuk memejamkan matanya dan berharap di pagi hari ia lupa dengan mimpi semalam.

Bunyi Alarm berdering, memberontak kelopak mata untuk segera terbuka, sungguh pagi yang membosankan seperti baru beberapa detik ia memejamkan mata tetapi sekarang ia harus segera bangun. Memikirkan entah bagaimana nasib passien passien itu jika ia tidak segera beranjak dari tempat tidur dan bersiap siap menuju rumah sakit.
“Hani”. Tetapi setelah ia memikirkan Hani, timbul rasa semangat dalam dirinya dalam sekejap ia beranjak dari tempat tidurnya.
*
“Hani” ucap ayahnya sambil membangunkan Hani yang tertidur dengan mata terbuka, “bagaimana sekarang kondisi kamu? Maukan pulang sama Ayah, kamu disini hanya buang buang waktu, kamu tidak akan sembuh kecuali ada yang mau mendonorkan matanya untuk kamu”. Ujarnya, mendengar itu Hani terbangun dengan posisi duduk dan terus mengeleng gelengkan kepalanya. “Hei apa kamu tidak ingin pulang?” Tanyanya, ia terus menggeleng gelengkan kepalanya. “ok baiklah jika kamu ingin terus seperti ini, Ayah pulang”.

Hani yang memeluk erat kedua lututnya menundukan kepala, ia sedang menunggu seseorang, seseorang yang sudah ia anggap sebagai malaikat penolongnya, ia merasakan saat berada di samping malaikat itu seperti menemukan cahaya terang yang mampu membuat dia merasakan kembali betapa indahnya dunia ini.

“Hani” ucap dokter Hans, Hani merubah pandangannya seolah olah dia sedang menatap seseorang yang telah memanggil namanya “ Dokter” Ujar Hani, Dokter Hans menghampiri Hani dan duduk di sebelahnya “Kamu kenapa Hani?” tanyanya. Hani yang masih erat memeluk lututnya hanya menggelengkan kepala.

“Hani, apa kamu pernah mengalami mimpi buruk, sampai sampai jika teringat terasa begitu mengerikan” tanya dokter Hans. “Pernah, bahkan terasa sakit jika mengingatnya” jawabnya. “saya semalam bermimpi buruk” tutur dr Hans. “Memangnya semalam apa yang di mimpikan dokter, sampai sampai terdengar begitu mengerikan” Tanya Hani. “bukan apa apa, itu hanya mimpi biasa” jawabnya pelan.

Kemudian Hani merubah posisi duduknya sehingga berhadapan dengan dokter Hans, lalu ia mengangkat tangannya dengan posisi mengepal  tepat di depan wajah sang dokter dan berkata “swaa”, kata kata yang dia ucapkan sambil melebarkan jarinya perlahan, Dokter Hans hanya terdiam membisu tanpa ada sepatah katapun keluar dari mulutnya, jantungnya berdebar kencang dan tak mampu menatap Hani.

“Sekarang dokter tidak akan merasa takut lagi dengan mimpi itu karena aku sudah menghapusnya” ucapnya dengan balutan senyuman manis di wajahnya. Dokter Hans tersenyum dan mencubit pipi Hani dengan kedua tangannya. “Dokter, sakit tau” kata kata spontan dari mulutnya mereka berdua tertawa.

“Mau keluar tidak? Jalan jalan sebentar menghirup udara segar.” Tanya dokter, Hani hanya menganggukan kepalanya. Dokter Hans menyiapkan kursi roda dan merekapun pergi menuju taman Rumah sakit.

“Dokter, entah kenapa saat aku bersama dokter aku merasakan ada cahaya terang, yang membuatku tidak takut walaupun dalam kegelapan. “Benarkah?” ujar dokter sambil menatap ke arah Hani. “Hm, mungkin jika aku bisa melihat lagi, orang pertama yang ingin aku lihat adalah dokter” ujarnya sambil tersenyum. Dokter Hans tersenyum, ia merasakan kebahagian yang luar biasa.

Tok tuk, tok tuk, tok tuk, terdengar suara sepatu yang sangat jelas di telinga, dokter Hans pun menengok kebelakang. “Hans” teriak seseorang yang melambaikan tangan kearahnya, seorang wanita berambut pendek dengan kacamata hitam yang menempel di atas matanya membawa tas dengan menggunakan sepatu berwarna merah “Angel?” teriak Hans.

Wanita itu datang menghampiri mereka “Sejak kapan kamu disini, apa ada keluargamu yang sakit’’ Tanya Hans, “Tidak aku baru pulang dari amerika, aku dengar kamu menjadi dokter di rumah sakit ini, jadi aku iseng ingin bertemu kamu”jawabnya, “oh iya, Hani ini teman aku di SMA dulu dan Angel ini Hani passien aku” tuturnya mengenalkan. “Hallo Hani, saya Angel” sambil menyodorkan tangan.

Hani hanya menganggukan kepala dan berkata “Hai Angel, saya Hani” Jawabnya, “Hans dia buta?” Tanya Angel yang sedikit berbisik. “Dokter Hans hanya menanggukan kepala.

“Hans nanti malam kamu ada acara tidak?” Tanyanya, “tidak, memangnya kenapa?”jawabnya sekaligus menanyakan. “enggak, saya mau ajak kamu diner, sekalian reoni” ucapnya sambil mencari sesuatu di tasnya, “Gimana ya, Oma saya sendirian di rumah, tidak enak, siang aku tinggal kerja masa malam malam aku tinggal juga, next time ya” ujar Hans, “Ya sudah aku minta nomor kamu Hans” ucapnya sambil mengasihkan Hp kepada Hans.

Dokter Hanspun memberikan nomor handphone nya, terlihat Hani yang diam tanpa kata menundukan kepala. “Ya sudah, saya tinggal dulu ya, bye” ucap Hans sambil mendorong kursi roda Hani
Mereka kembali ke kamar rawat Hani, Hani yang tidak berkata apapun dari tadi mulai membuka mulutnya “Dok, sepertinya wanita tadi cantik ya” ujarnya
“tidak, dia biasa saja sama seperti teman temanku yang lain” jawabnya, setelah mereka sampai Hani duduk di samping tempat tidur, mengayunkan kedua kakinya nampak sedang memikirkan sesuatu “kenapa?” Tanya dokter Hans, Hani hanya menggelengkan kepala. Setelah merapikan kamar, dokter Hans keluar.
**
“Assalammualaikum, aku pulang”. Terlihat oma yang membukakan pintu dengan pelan melihat kearah Hans. “Oma, Hans bawa martabak kesukaan oma” ujar Hans.

Terlihat omanya tersenyum “Ayo kita masuk” Ucap Hans sambil merangkul tangan omanya dan menutupkan pintu. Hans yang sedang menyiapkan piring dan sebotol air melihat Omanya begitu gembira setelah ia belikan martabak kesukaannya “Kapan ya terakhir kali aku membelikannya martabak” kata kata yang di ucapkan dalam hati, Tiba tiba Hp berbunyi tanda panggilan masuk dari nomor yang tidak di kenal “ Halo? Dengan siapa?” Hans menjawabnya, “Halo Hans ini Angel, kamu dimana?” Tanyanya dalam panggilan itu, “oh, Angel kenapa ya? Saya di rumah baru pulang” jawabnya yang sedikit bete, “Hans aku boleh mampir gak? Lagi di jalan arah rumah kamu, boleh kan?” ujarnya dengan penuh percaya diri, “Iya udah mampir saja, saya tutup ya mau ke toilet” ucap Hans sambil memberikan piring dan sebotol air itu  “Oke” jawabnya lalu menutup telepon.
*
“Kira kira, Dokter sekarang lagi ngapain ya?” ucap Hani dalam hati. Hani yang terus memikirkan sang dokter, “Dokter, apakah wanita buta sepertiku pantas untuk menjadi kekasihmu?, mungkin menyukaimu saja aku sudah salah, lalu bagaimana dengan perasaanku ini? Aku bingung ya tuhan”. Ucapnya dalam hati. Kemudian ayah hani datang dengan membawa bungkusan. “Hani” Ujarnya “Ayah bawa martabak kesukaan kamu” ucapnya yang menghampiri Hani dan duduk di sampingnya yang sedang berbaring. Hanipun bangun dan tersenyum “benerkah? Terimah Ayah” ujarnya. Hani Ayah ke kamar mandi sebentar ya, kamu habiskan martabaknya.” Ucap ayahnya dan pergi ke kamar mandi.

Kemudian terdengar suara seseorang yang sedang berjalan Tok tuk, tok tuk, tok tuk. Pintupun terbuka yang bertanda seseorang sedang menghampiri Hani. “Siapa itu? Ayah?” ucapnya merasa heran, ia seolah olah mengelali suara itu, jelas bukan ayahnya ini adalah suara sepatu perempuan. Wanita itu datang dan melemparkan martabak yang akan di makan hani, ia berkata “Dasar perempuan buta gak tau diri, seharusnya lo itu ngaca apa pantesnya coba lo sama dokter Hans, Inget ya jangan sekali kali lo deketin dia, karena dia adalah tunangan gw” Ucapnya kasar.  Hani yang diam tanpa mengatakan apapun tubuhnya bergetar ketakutan, ia memeluk erat lututnya dan menundukan kepala, air mata yang tak terbendungpun membasahi pipinya. “Inget ya? Kalau sampai saya liat kamu berani mendekati Dokter Hans bukan hanya mata kamu yang cacat tapi kedua kaki kamu juga akan saya buat menderita”. Ucapnya yang sesekali menjambak rambut hani, setelah itu ia pergi meninggal kan Hani


0 komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman

Recent Posts

Blogroll

Back to Top

Popular Posts