Minggu, 17 Mei 2015

Angel Eyes Chapter 4

Penulis : Angga Setiawan





JIKA AKU MEMBENCIMU, APAKAH HARUS ? AKU MENYAKITIMU

“Hani…, ? Apa yang telah terjadi” Ucap Ayahnya yang lari dari pintu lalu mendekati Hani. Hani yang menggelengkan kepala sesekali menjambak rambutnya sendiri, “Katakan sama Ayah, Siapa yang sudah buat kamu seperti ini, “ Ayah.” Ucapnya sambil menangis dengan sesekali menjerit, Ayahnya pun memeluknya dan berkata “Sabar nak, Ayah pasti akan menemukan siapa yang sudah membuat kamu seperti ini, dan mulai sekarang ayah janji tidak akan meninggalkan Hani sendirian la. Hani yang terus menangis memeluk erat Ayahnya.
*
“Brug” suara pintu Mobil, Angel yang sangat marah masuk kedalam mobil dengan membanting pintunya, “Sial” ucapnya sambil menyalakan mesin mobil.
 Kemudian Hpnya berdering, tanda panggilan masuk dari dokter Hans, dia tidak berani untuk mengangkatnya karena kejadian tadi. Dalam perjalanan ia terus terbayang dengan Tulisan yang ada di jendela rumah Hans, dia sangat benci sekali dengan nama yang tertulis di jendela itu. “Apakah Hans benar benar sudah menyukai wanita buta itu?” pertanyaan dalam benak pikirannya, “Tidak, itu tidak akan mungkin terjadi” sambil menggelengkan kepala. Tangannya yang masih memegang stir sesekali memukul stir dengan keras, ia tidak sanggup jika itu benar benar terjadi. Kecepatan mobil yang terus ia naikan tidak membuatnya tersadar bahwa itu sangat berbahaya, tiba tiba ada sebuah mobil yang maju berlawanan arah tepat di depan mobilnya karena kecepatan mobil Angel sangat tinggi ia tidak mampu mengendalikan itu dan akhirnya terjadi kecelakaan, Mobil angel yang hancur berkeping keping karena menabrak mobil di depannya membuat Angel terluka parah, beberapa mobil ambulance dan polisi pun datang ke lokasi tersebut, karena saat itu Angel sudah tidak sadarkan diri.
**
“Syukur deh, kalau anak itu beneran tidak jadi mampir, Hari ini benar benar melelahkan baru jam segini kantung mata sudah terasa berat” Ucap Hans sambil duduk di atas Kasur tiba tiba teringat “Swaa” penangkal mimpi buruk yang di berikan oleh Hani, ia tersenyum dan menirukannya sambil memikirkan Hani “swaa” selamat malam mimpi indah ya Hani”. Ucapnya sambil memejamkan mata. Hans tertidur pulas karena tidak takut lagi dengan mimpi itu, ia sangat berharap memimpikan hal yang indah bersama Hani.

Hani yang masih lemas karena kejadian tadi mulai memikirkan siapa wanita itu? Ia pernah mendengar bahwa dokter tidak mempunyai pacar apalagi tunangan tetapi dari suara sepatu itu sepertinya ia mengetahui siapa dia. “Angel” apakah mungkin dia itu Angel, sebelum dia kenal dengan Angel, Hani tidak pernah mendapatkan perlakuan seperti ini dari orang lain. “Ya benar, itu pasti Angel, tapi bagaimana dia tahu perasaan saya? Apakah sangat terlihat”. Ujarnya dalam hati,
sejak kejadian tadi memikirkan sang dokter adalah sesuatu yang sangat mengerikan bagi Hani. “Ayah, Hani ingin pulang” Ujarnya sambil menggenggam tangan Ayahnya yang sedikit tertidur. “Oh, iya nak besok kita pulang” Jawabnya, Melihat luka Hani yang sudah mulai membaik dan Jiwanya yang sudah mulai menerima keadaan.Waktu menunjukan pukul 05 : 00 tepat, permintaan Hani agar pulang sepagi mungkin. Ia bersama ayahnya pulang menggunakan taksi udara yang sangat dingin mengiringi mereka di perjalanan. Alasan Hani karena ingin pulang pagi adalah karena ia tidak ingin bertemu dengan dokter Hans lagi, ia akan berusaha untuk menghindarinya dan melupakan perasaannya.
*
Bunyi Alarm mulai berdering, menunjukan waktu pukul 07 : 00 pagi membangun kan sang dokter dari mimpi indahnya “rasanya aku tidak ingin bangun dari mimpi ini” ucapnya dalam hati, mata yang masih berat ia usap dengan tangan, kaki yang masih lemas ia langkahkan ke kamar mandi.

 Mungkin jika ia tidak ingin melihat hani, Hari ini ia ingin menggunakan cuti nya karena ia hanya ingin bermalas malasan di hari ini. “Untungnya ada kamu Hani, yang selalu membangkitkan semangat saya” Ucapnya sambil tersenyum menghadap kaca.

karena ia sudah rapi dan siap, ia pamit kepada oma nya dan masuk kedalam mobil menancapkan gas menuju rumah sakit. Setelah sampai di rumah sakit ia menerima kabar tentang Angel bahwa ia mengalami kecelakaan maut, Angel yang sangat terluka parah meninggal dalam Ambulance saat menuju rumah sakit. “Angel, innalilahi wa innalilahi rojiun mungkin karena kecelakaan ini ia tidak jadi mampir ke rumah saya tadi malam” Ucapnya dalam hati.

“Sekarang mayatnya di rumah sakit mana?” Tanya Hans kesalah satu perawat. “Saya juga kurang jelas dok, setau saya karena keluarganya menetap di Amerika mereka ingin memakamkan Angel di sana, pukul pagi tadi Angel di berangkatkan” Ucap perawat itu. Hans yang sedikit kaget melangkahkan kakinya menuju kamar rawat Hani, ia berniat untuk memberi tahu bahwa Angel sudah meninggal, “Perasaan baru kemarin saya bertemu dengannya lagi, ternyata itu adalah awal dari perpisahan” ucapnya dalam hati.

Membukakan Pintu kamar nomor 111 ia terkejut, karena keadaan kamar tersebut sudah di bersihkan dan di kosongkan. Terlihat seorang suster yang sedang membersih kan, “Sus passien di ruangan ini di pindahkan kemana ya? Tanya dokter Hans, “Oh, passien yang bernama Hani sudah di pulangkan sejak tadi pagi, memangnya dokter tidak tahu?” jawabnya sekaligus menanyakan “Tidak, saya baru sampai disini dan belum menerima laporan apapun” jawabnya, “mereka sudah membayar biaya rumah sakit dan Hani juga ingin pulang jadi kami tidak ada alasan untuk tidak memperbolehkannya pulang” jawabnya sambil keluar dari ruangan itu.

“Hani, kenapa pulang tanpa pamit kepada saya, apa mungkin saya harus kerumahnya untuk mengechek kondisinya, Sore ini harus datang kerumahnya” ucap dokter Hans dalam hati. Dokter Hans yang tadinya semangat sekarang seperti kehilangan penyemangat hidupnya, tugasnya sebagai dokter yang biasanya cepat dan sigap mengobati passien sekarang seperti bermalas malasan tidak sedikit passien yang complain hari ini. 1 detik, 2 detik, 3 detik ia terus menghitung waktu agar bisa segera menemui Hani.
Hari yang sangat berat berhasil ia lewati walaupun tidak bergairah, saat detik detik waktu akan pulang semangatnya seperti kembali, bahkan sebelum jam 05 waktu pulang ia sudah berada di dalam mobil. Akhirnya sekarang ia akan menuju rumah Hani, stengah jam ia lewati dalam perjalanan yang sedikit macet ia terus tersenyum bahagia karena akan bertemu seseorang yang sangat ia rindukan hari ini.

Setelah sampai, rumah hani terlihat begitu sepi. Ia turun dari mobil dan mencoba mengetuk pintu rumahnya “Permisi, Permisi” tidak ada jawaban sedikitpun. kemudian ada seorang ibu ibu yang mendekati sang dokter, ibu ibu berusia sekitar 35 tahun yang sepertinya tetangga sebelahnya hani. “Maaf, mas cari Hani ya?” Tanyanya sambil mendekat, “Oh, iya bu, kira kira mereka kemana ya?” jawab hans sambil menanyakan, “ siang tadi Hani dan ayahnya berangkat ke amerika katanya dia akan berobat di sana, apakah mas ini Dokter Hans?” tanyanya. “iya Bu saya Hans, Hani adalah passien saya di RS Cipto” jawab Hans, “Oh, waktu Hani akan berangkat tadi, ia menitipkan ini kepada saya, untuk memberikannya kepada pak dokter jika bapak mencarinya” sambil memberikan selembar surat, “Oh iya bu, terima kasih ya” ucap Hans.

Hans yang masih tidak percaya atas kepergian mendadak Hani, ia berjalan menuju mobil dengan menundukan kepalanya. Di dalam mobil ia membuka surat itu.
*
SURAT UNTUK DOKTER HANS

Dear Dokter Hans. Saya tidak tahu apakah surat ini akan sampai atau tidak kepada pak Hans, saya tidak tahu bagaimana caranya saya bisa menulis surat ini tanpa bantuan orang lain. Tetapi setelah memikirkan dokter, saya bisa menulis ini dengan perasaan saya.

Dok saya sangat berterima kasih kepada dokter karena sudah mau merawat saya dengan baik.
Dok saya minta maaf karena tidak bisa berpamitan langsung dengan pak dokter, saat kami sampai di rumah, Ayah menerima telpon dari temannya di amerika, katanya saya akan bisa melihat lagi, saya sangat senang mendengarnya begitupun juga ayah. Ayah tanpa berpikir 2 kali menyiapkan segalanya supaya kami berangkat ke amerika.

Jujur saja saya sangat menyukai dokter,  walaupun saya belum pernah melihat dokter, saya tau itu salah. Tapi saya tidak bisa berbuat apapun, jantung saya selalu berdebar ketika bersama dokter.
 Tapi saya rela kalau dokter bersama Angel, semoga kalian berdua bisa bahagia.
Saya janji, saat saya bisa melihat lagi orang pertama yang ingin saya temui adalah dokter Hans
Aku mencintaimu. HANI..






0 komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman

Recent Posts

Blogroll

Back to Top

Popular Posts