Sabtu, 19 Maret 2016




LOVE PHOBIA
Chapter 6
Penulis : Angga Setiawan

Aku memeluknya dengan erat, “Baik, maafkan aku karena tidak bisa mengontrol perasaanku” ujarku yang tanpa sadar juga menangis. Nemo nampak lemas di pelukanku, hujanpun mereda aku mencoba membawanya kembali ke tempat itu namun dia menolak dan berhenti melangkah.

Rifa, kamu harus pergi sekarang” ujar Nemo pelan. “ayo kita pergi bersama”ujarku. Kami berjalan mendekati perahu itu. Tiba tiba Nemo berhenti dan menatapku, Nemo menciumku dengan penuh perasaan, aku kaget dengan itu. “Maafkan aku, sepertinya aku ketahuan telah berbohong” ujarnya pelan yang terlihat semakin melemas. “Apa maksudmu?” tanyaku heran. Nemo seperti tidak kuat menopang kedua kakinya, dia terjatuh. Aku mencoba membantunya untuk berdiri, namun dia menolak untuk berdiri. “Maafkan aku, karena juga tak bisa mengontrol perasaan ini” ujarnya pelan. “Nemo, sebenarnya ada apa ini? Apa kamu sakit?” tanyaku heran melihat Nemo yang makin melemas. “Rifa, maafkan aku karena telah jatuh hati padamu” ujar Nemo yang menghiraukan pertanyaanku dan terus meminta maaf. “Kamu kenapa Nemo, tolong beritahu aku yang sebenarnya” tanyaku kembali yang semakin penasaran, tanpa sadar air mata sudah membasahi pipiku. “Ini semua karena aku telah mencintaimu, seharusnya aku tidak boleh melakukannya” ujar Nemo yang mulai menutup mata. “Nemo, apa salahnya jika kau mencintaiku?” ujarku, isak tangispun kurasakan. Tiba tiba Nemo menghilang dari pangkuanku, aku sangat kaget dengan hal itu. Aku lari kesana kemari dan terus meneriaki namanya, ini sungguh tidak adil bagiku namun sekarang aku mulai mengerti, tapi kenapa? Kenapa hal ini terjadi padaku, aku tak henti mencarinya hinggaku aku merasa putus asa.

Nemo, kau dimana? Tolong jangan pergi dengan cara seperti ini” ujarku yang terus menangis. “Kenapa kau membuatku jatuh cinta, kalau pada akhirnya kau akan pergi, tolong jangan pergi aku mohon” teriakku.

Seperti ada yang memelukku dari belakang, “Aku disini, memangnya kemana aku akan pergi,  aku akan tetap disampingmu, karena aku sangat mencintaimu” ujarnya sambil menangis. “Nemo..” ujarku membalikan badan kepadanya lalu memeluknya. “Aku juga sangat mencintaimu, tolong.. tolong tetaplah bersamaku” ujarku mengeratkan pelukan.
 
Aku masih merasakan pelukan Nemo, tapi entah kenapa Nemo tidak terlihat oleh mataku. Aku masih bisa mendengar suaranya namun Nemo hilang dari pandanganku, aku hanya bisa berpura pura tidak merasakan hal aneh dan terus berbicara dengannya.

Lalu apa yang harus aku lakukan, jikalau aku tau akan seperti ini aku tidak akan pernah menjatuhkan perasaanku, aku menyesal karena telah jatuh cinta padamu dan membuatmu merasakan hal yang sama, tolong jangan seperti ini, ini sangat tidak adil bagiku” ujarku.
Rifa, kau harus pergi sekarang, benar kau harus melakukannya, maafkan aku karena terus membohongimu” ujarnya pelan. Nemo menciumku namun aku tidak bisa melihatnya, sungguh ini sangat menyiksaku. Tak lama kemudian aku tak merasakan apapun, “Nemo... Nemo.. kau dimana? Tolong jangan seperti ini kembalilah” teriakku.

Nemo menyadari bahwa Rifa sudah tak bisa melihatnya, padahal dia masih tetap di sampingnya. Melihat Rifa yang terus menangis dan terus memanggil namanya Nemopun lari keperahu itu, disana dia berteriak “Rifaa aku disini, ayok cari aku” teriaknya. 

Aku mendengar suara itu, aku lari dan naik keatas perahu itu. “Nemo, Nemo.. kau dimana, ayolah jangan seperti ini, aku mohon” ujarku yang sudah tak bisa membendung air mata. Tiba tiba nampak seperti ada yang medorong perahu ketengah, aku menyadari bahwa Nemo lah yang melakukannya. Mungkin inilah yang terbaik buat kami berdua, aku tidak menghentikan perlakuannya itu. Aku terduduk dengan memeluk erat lututku.

Rifaa... kau harus kembali, ibumu sangat mengkwatirkamu tolong jangan lupakan aku” teriak Nemo dari tepi pantai. Aku mendengarnya lalu berdiri “Nemoo.....! terimakasih atas semuannya, aku akan mengingatmu....

0 komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman

Recent Posts

Blogroll

Back to Top

Popular Posts