LOVE PHOBIA
Chapter 6
Penulis : Angga Setiawan
Aku memeluknya dengan erat, “Baik, maafkan aku karena
tidak bisa mengontrol perasaanku” ujarku yang tanpa
sadar juga menangis. Nemo nampak lemas di pelukanku, hujanpun mereda aku
mencoba membawanya kembali ke tempat itu namun dia menolak dan berhenti
melangkah.
“Rifa, kamu harus pergi sekarang”
ujar Nemo pelan. “ayo kita pergi bersama”ujarku. Kami
berjalan mendekati perahu itu. Tiba tiba Nemo berhenti dan menatapku, Nemo
menciumku dengan penuh perasaan, aku kaget dengan itu. “Maafkan aku, sepertinya aku
ketahuan telah berbohong” ujarnya pelan yang terlihat
semakin melemas. “Apa maksudmu?” tanyaku heran. Nemo
seperti tidak kuat menopang kedua kakinya, dia terjatuh. Aku mencoba
membantunya untuk berdiri, namun dia menolak untuk berdiri. “Maafkan aku, karena juga
tak bisa mengontrol perasaan ini” ujarnya pelan. “Nemo, sebenarnya ada apa
ini? Apa kamu sakit?” tanyaku heran melihat Nemo yang makin
melemas. “Rifa,
maafkan aku karena telah jatuh hati padamu” ujar Nemo yang
menghiraukan pertanyaanku dan terus meminta maaf. “Kamu kenapa Nemo, tolong beritahu aku yang sebenarnya”
tanyaku kembali yang semakin penasaran, tanpa sadar air mata sudah membasahi
pipiku. “Ini
semua karena aku telah mencintaimu, seharusnya aku tidak boleh melakukannya”
ujar Nemo yang mulai menutup mata. “Nemo, apa salahnya jika kau mencintaiku?”
ujarku, isak tangispun kurasakan. Tiba tiba Nemo menghilang dari pangkuanku,
aku sangat kaget dengan hal itu. Aku lari kesana kemari dan terus meneriaki
namanya, ini sungguh tidak adil bagiku namun sekarang aku mulai mengerti, tapi
kenapa? Kenapa hal ini terjadi padaku, aku tak henti mencarinya hinggaku aku
merasa putus asa.
“Nemo, kau dimana? Tolong jangan pergi dengan cara seperti
ini”
ujarku yang terus menangis. “Kenapa kau membuatku jatuh cinta, kalau pada akhirnya kau
akan pergi, tolong jangan pergi aku mohon” teriakku.
Aku masih merasakan pelukan Nemo, tapi entah kenapa
Nemo tidak terlihat oleh mataku. Aku masih bisa mendengar suaranya namun Nemo
hilang dari pandanganku, aku hanya bisa berpura pura tidak merasakan hal aneh
dan terus berbicara dengannya.
“Lalu apa yang harus aku lakukan, jikalau aku tau akan
seperti ini aku tidak akan pernah menjatuhkan perasaanku, aku menyesal karena
telah jatuh cinta padamu dan membuatmu merasakan hal yang sama, tolong jangan
seperti ini, ini sangat tidak adil bagiku” ujarku.
“Rifa, kau harus pergi sekarang, benar kau harus
melakukannya, maafkan aku karena terus membohongimu”
ujarnya pelan. Nemo menciumku namun aku tidak bisa melihatnya, sungguh ini
sangat menyiksaku. Tak lama kemudian aku tak merasakan apapun, “Nemo... Nemo.. kau dimana?
Tolong jangan seperti ini kembalilah” teriakku.
Nemo menyadari bahwa Rifa sudah tak bisa melihatnya,
padahal dia masih tetap di sampingnya. Melihat Rifa yang terus menangis dan
terus memanggil namanya Nemopun lari keperahu itu, disana dia berteriak “Rifaa aku disini, ayok cari
aku”
teriaknya.
Aku mendengar suara itu, aku lari dan naik keatas
perahu itu. “Nemo, Nemo.. kau dimana, ayolah jangan seperti ini, aku
mohon” ujarku yang sudah tak bisa membendung air mata.
Tiba tiba nampak seperti ada yang medorong perahu ketengah, aku menyadari bahwa
Nemo lah yang melakukannya. Mungkin inilah yang terbaik buat kami berdua, aku
tidak menghentikan perlakuannya itu. Aku terduduk dengan memeluk erat lututku.
“Rifaa... kau harus kembali, ibumu sangat mengkwatirkamu
tolong jangan lupakan aku” teriak Nemo dari tepi pantai. Aku
mendengarnya lalu berdiri “Nemoo.....! terimakasih atas semuannya, aku akan
mengingatmu....”
0 komentar:
Posting Komentar