Minggu, 24 Mei 2015

Chapter 6 Angel Eyes
Penulis : Angga Setiawan






TAKDIR? SEBUAH PELARIAN TAK TERHINDARKAN DARI KESEDIHAN

Hans sangat berharap bahwa wanita yang ia lihat dan saat hatinya berdebar itu adalah hani. Jika itu memang benar benar Hani mungkin dia belum pergi jauh dari sekitar sini.

Tanpa pikir panjang ia meninggal rumah sakit, dengan berjalan ia bergegas melangkahkan kakinya. Matahari yang terik membuat keningnya penuh dengan keringat, tetes demi tetes butiran keringat bercucuran, yang sesekali ia hanya mengusapnya menggunakan tangan, pandangannya yang silau membuatnya sulit untuk mengenali seseorang. Langkah kakinya yang cepat mampu membawanya ke taman kota, melihat banyak sekali orang yang berlalu lalang membuatnya kesulihatan untuk menemukan Hani. Tiba tiba terlihat seorang wanita di penyebrangan jalan, sosok wanita yang benar benar selalu membuat hatinya berdebar terlihat sedang melintasi jalan.

“Hani” teriak Hans sambil melambaikan tangan, Hani yang nampak mengenali suara itu menengok kebelakang “Apakah itu dokter Hans” melihat seseorang memakai jas dokter, ujarnya dalam hati sambil melambaikan tangan lalu menepi. Hans yang sangat senang karena wanita itu benar benar Hani, wanita yang sangat ia cintai dan ia tunggu selama ini.

Tanpa pikir panjang Hans berlari kearahnya yang ada di sebrang jalan, dengan kaki yang ia hentakkan dengan cepat dan nafas yang terengah engah tiba tiba terdengar klakson mobil ‘Teeed, teeed…, Bruk”.
“Hans….” Teriak Hani sambil lari ke arahnya. Hans yang sangat semangat untuk menemui seseorang yang ia cintai begitu ceroboh, tanpa melihat sekitar iya terus berlari hingga darah menggantikan keringatnya yang bercucuran.

Semua orang berlarian kearahnya, sementara Hani yang terus menangis yang sesekali meminta tolong dengan penuh histeris. beberapa lama kemudian Ambulance datang, Hans yang sudah tidak sadarkan diri di bawa kerumah sakit, Hani yang ikut bersama ambulance terus menangis di sepanjang perjalannya, melihat para medis yang melakukan pertolongan pertama seperti lupa bahwa yang ia rawat itu adalah seorang dokter.

Setelah sampai di rumah sakit Hans di bawa ke UGD untuk melakukan operasi, sementara itu perawat yang meminta surat persetujuan wali terus menanyakan kepada Hani yang masih tak berhenti menangis. Tiba tiba Rammon datang dengan seorang nenek tua yang ternyata omanya Hans.
“Bagaimana keadaan Hans? Tanya Rammon. Hani yang terus menundukan kepala tak menjawab.
“Saya Neneknya, apakah kamu wanita yang selama ini selalu di bicarakan Hans kepada saya?” Tanya oma, Melihat Nenek Hans berbicara Rammon terlihat begitu senang karena sudah lama ia tidak berbicara karena mengalami stress berat. Hani yang menunduk mulai mengangkatkan kepalanya dan melihat kearah oma. “Ibu, silahkan tanda tangan disini, karena passien harus segera di tangani” ujar perawat itu.

Nenek Hans menandatangi itu, dan operasipun di mulai. Hani yang terus menangis menyenderkan kepalanya di pundak oma Hans, terlihat oma hans yang terus menatap kearahnya yang sesekali mengusap rambut Hani, menujukan wajah yang seolah olah berbicara, sudah lama ia tidak merasakan perasaan sepeti ini sejak kecelakaan keluarga Hans ia tidak pernah membuka mulu untuk berbicara sepatah katapun, entah mukjizat dari mana sekarang itu telah melewati rasa stress itu dan kembali seperti normal.

Operasi berjalan dengan lancar, terlihat dokter keluar dari ruang operasi dengan tersenyum. Hani dan oma yang bergegas menemui dokter itu menanyakan bagaimana kondisi Hans, Merekapun pergi keruangan dokter.

“Alhamdulilah, Passien berhasil di selamatkan beliau hanya cedera sedikit di bagian tangan tulangnya retak, Jadi passien akan baik baik saja” Ujar dokter.
“Terimakasih dok, apakah sekarang sudah kami boleh melihat kondisinya?” Tanya oma Hans
“Maaf Bu, kalau sekarang belum bisa, passien harus istirahat untuk memulihkan keadaanya, mungkin besok pagi beliau sudah siuman dan bisa di jenguk. Terlihat oma yang memegang erat tangan Hani, mereka berdua keluar dari ruangan dokter. “Hani sekarang kamu ikut oma ya, temenin oma di rumah” ujar oma memintanya.  Hani menganggukan kepala yang bertanda mengiyakan.

Merekapun pulang, dengan perasaan yang masih terkejut dengan kejadian tadi Hani terlihat murung, oma yang terus berusaha menghibur Hani menceritakan semua kejadian yang pernah di ucapkan Hans, dari pertama saat ia menangani sampai ia jatuh hati kepadanya.

Hani yang mulai tertawa karena bincangan oma tentang Hans membuat hatinya semakin yakin akan pria yang di pilihnya. “Oma, apa Hans sudah membawa teman perempuannya kesini?” Tanya Hani dengan sedikit gugup karena pertanyaannya, “Belum pernah, Hans tidak pernah membawa seorang perempuan ke rumah, tapi kalau teman perempuannya Hans pernah mampir kesini” jawabnya, “Apakah perempuan itu bernama Angel?” Tanyanya lagi, “kok bisa tahu? Iya namanya Angel, tapi dia sudah meninggal hampir setahun ini” ujar oma, “Hah?, oh maaf oma” ucap Hani kaget,“Kenapa? Kamu kenal dengan Angel?” Tanya oma. Hani yang terlihat Shok mendengar berita tentang Angel hanya menganggukan kepala, dia tidak percaya akan kejadian itu dia sempat berpikir bahwa Hans akan berkencan dengan Angel.

“Hani? Apakah kamu tau bahwa Hans sangat menyukaimu?” ujar Oma, mendengar itu dari Oma tiba tiba DUG, DUG, DUG terdengar detak jantung Hani begitu kencang ia hanya tersenyum mendengar oma berkata seperti itu.

“Apakah kamu juga menyukainya? Tanya Oma, mendengar oma menanyakan hal itu Hani melihat ke arah wajahnya “Ah oma, apaan sih?” ujarnya sambil menahan senyum.
“Sudah sudah, oma ngantuk, oma tidur duluan yah selamat malam” ujarnya sambil memejamkan mata. Hani yang terus tersenyum dengan memejamkan matanya berharap esok hari menjadi lebih indah.
*
“Hans? Kamu sudah sadar nak” ujar Oma. Terlihat Hans yang membuka matanya perlahan, tiba tiba ia tersenyum “Oma, Hans dimana?” kata kata yang terucap dari mulutnya “Kamu di rumah sakit” jawab oma.

“Lalu dia siapa?” Tanya Hans menunjuk kearah Hani. Oma yang terlihat sangat kaget begitupun juga Hani seperti tidak percaya apa yang sudah dikatakannya.

“Hah? Apakah kamu tidak mengenalinya” Tanya oma. Terlihat air mata membasahi pipi Hani iapun keluar dari Ruangan Hans tiba tiba “Hei gadis buta yang mencintai dokternya” teriak Hans
Wajah sedih hani menghilang seketika dengan senyuman, kemudian ia membalikan tubuhnya kearah Hans “Hei” teriaknya sambil lari ke arah Hans lalu mencubit perut Hans dengan keras
 “Hani hani, sakit” Ucapnya sambil tertawa kemudian Hans memegang pipi Hani dengan kedua tangannya lalu mendekatkan ke arah wajahnya dan mengatakan “Aku juga mencintaimu” lalu mencium bibir Hani. Terlihat Hani memejamkan matanya lalu menjauhkan bibirnya dari Hans melihat Oma Hans yang menundukan kepalanya sambil tersenyum, hani merasa malu.

“Hans malu ada mertua” ujar Hani keceplosan. Hans tersenyum kearahnya “udah gak sabar ya?, oma di panggil mertua” Hani yang terlihat malu mencubit pipi Hans yang tidak berhenti tertawa.

Hans terlihat sangat senang begitupun juga Hani, Hari ini bahkan lebih indah dari yang mereka bayangkan. “Hans?” ujar Hani yang berbaring di samping Hans, “iya” jawab Hans yang menatap kearahnya. “Kenangan buruk itu seperti kegelapan di malam hari, Takan lama, takan diam dan yang pasti akan tergantikan oleh siang hari” ujar Hani. Hans tersenyum lalu memegang erat tangan Hani “Ayo kita keluar dari sini” Ujar Hans, “Hah? Kemana bukannya kamu masih sakit” tanyanya heran, “Hei kamu lupa ya, kalau aku itu dokter”ujarnya yang lagi lagi tersenyum “Aku tidak mau melewati malam tahun baru ini, Ayo kita kencan” ujarnya. Hani juga tersenyum dan menganggukan kepalanya “Ayo, kita keluar dari sini” bisiknya ketelinga Hans.

Mereka pun keluar dari kamar passien, Hani mendorong Hans yang duduk di kursi roda mengatakan “Dokter, ingat tidak waktu itu dokter mengajakku jalan jalan menggunakan kursi roda” ujar Hani, “Hm, aku sangat ingat jelas, kenapa?” tanyanya, “saat dokter mendorongku di kursi roda hati ini berdebar begitu kencang” ucapnya, “Benarkah? Pasti kamu tidak tahu, saya hampir pingsan saat melihat kamu tersenyum” ujarnya. Hani terlihat sangat senang mendengarnya, lalu ia berdiri tepat di depan Hans kemudian tersenyum “Seperti ini?” ujarnya sambil tersenyum. “Hei” ujar Hans yang juga ikut tersenyum lalu ia memoncongkan bibirnya sambil memejamkan matanya seperti hendak mencium Hani, tapi Hani mencubit pipinya dengan kedua tangannya dan berkata “Pak dokter, ini rumah sakit malu di liatin orang” Ujarnya sambil tertawa.
**
Detik demi detik mereka lalui dengan kebahagian melihat pesta kembang api yang di rayakan untuk menyambut tahun baru 2015 mewarnai kebahagian itu, Hani yang masih tidak percaya bahwa Dokter Hans lebih tampan dari yang ia bayangkan membuatnya terus tersenyum jika melihatnya.

Tiba tiba ia kepikiran dengan Angel “Hans? Apa yang terjadi dengan Angel” Tanya Hani. Hans yang duduk di samping Hani menatap kearahnya dan berkata “Hm, dia mengalami kecelakaan lalu lintas tepat di malam sebelum kamu meninggalkan rumah sakit” jawabnya, “Hah? Benarkah” tanyanya heran “terus dimana ia dimakam kan?” tanyanya lagi, Hani masih tidak percaya bahwa Angel pergi setelah ia melabraknya. “Ia di makamkan di Amerika, karena orang tuanya menetap di sana”jawabnya dengan pelan.

“Ayah pernah bilang, orang yang mendonorkan kornea kepada saya bernama Angel tinggal di Amerika, apa mungkin ini adalah mata Angel? Tanya dalam hati, tetapi walau begitu ia tetap sangat berterima kasih kepadanya, mungkin karena ini ia sulit untuk membecinya.

Hani merangkul tangan Hans ia menyenderkan kepala di pundaknya, Hans membalas rangkulannya menandakan ia saat ini sangatlah bahagia.

“Hani, Aku mencintaimu” ujar Hans, “Hans, Aku juga mencintaimu” ujar Hani. Mereka berpelukan dengan erat.

TAMAT.

0 komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman

Recent Posts

Blogroll

Back to Top

Popular Posts